skip to main |
skip to sidebar
Bonek Sudah Mati., PERSEBAYA NEVER DIE !!!
“Bonek itu bukan seperti yang sekarang ini mas, Bonek sudah mati !”
demikian ucap Cak Suplo atau dikalangan Bonek lebih akrab dipanggil Cak
Gombloh, beliau ini termasuk salah satu “penggede” Bonek ketika
Persebaya masih bermain di perserikatan. Bonek yang sudah senior tentu
mengenal beliau. Cak Gombloh adalah salah seorang yang ikut
bertanggungjawab mengkoordinasi seluruh Bonek di Surabaya agar tertib
ketika menonton Persebaya baik di kandang maupun ketika tandang. Pagi
ini saya berkesempatan ngobrol dengannya, apalagi kalau bukan tentang
Bonek. Cak Gombloh banyak bercerita kepada saya tentang kehidupannya
sewaktu menjadi Bonek dulu. Sejak dulu, diakui oleh Cak Gombloh Bonek
memang sudah mempunyai fanatisme yang tinggi terhadap klub
kesayangannya, namun berkat koordinasi yang baik fanatisme tersebut
dapat dikendalikan sehingga tidak berubah menjadi sesuatu yang merusak.
“Dulu di setiap kecamatan atau kampung di Surabaya ini ada korwilnya
masing-masing, jadi kita lebih gampang ngatur arek-arek itu. Ditambah
lagi ada yang namanya “Sapu Ranjau”,tim yang terdiri dari beberapa
penggede Bonek yang bertugas mensweeping arek-arek sebelum masuk
stadion” ujar Cak Gombloh. Dengan koordinasi ganda seperti itu
diharapkan dapat menekan potensi terjadinya kerusuhan. Cak Gombloh juga
bercerita tentang pengalamanya tret tet tet ke Senayan “Waktu itu kami
berangkat dari Surabaya dengan menggunakan 100 bis mas, apa itu tidak
bondo namanya, kami ini bondo mas, tapi juga nekat !” Ada solidaritas
yang positif dari bonek kala itu, ketika ada salah seorang teman yang
tidak mampu bayar tiket maka mereka semua urunan uang untuk
membantunya, meski begitu tidak semua bonek kebagian tiket dan mereka
yang tidak kebagian tiket ini rela memanjat GBK untuk menyaksikan tim
kesayangannya bertanding ” Arek-arek itu bener-bener nekat. Saya yang
tua cuma bisa geleng-geleng, kalau cuma Gelora (10 Nopember) sih
kecil, ini GBK dipanjat juga”. “Kami memang orang nakal mas, berandal.
Tapi ketika sudah masuk ke kota orang ya kami tahu diri lah, waktu
temen-temen tret tet tet ke Senayan, seminggu sebelumnya saya sudah
sampai duluan sama temen-temen yang lain”. “Trus sampean tidurnya
diamana cak?” “Di langgar deket stadion mas, saya tidur dan makan
disitu”. “Apa tidak diusir sama yang jaga?” “Justru ketika kami akan
pulang ke Surabaya penjaga langgar itu malah menangis…” “Loh, memangnya
kenapa cak?” Tanya saya. “Seperti yang sudah saya bilang tadi mas. Kami
ini berandal. Kami nggak pernah ikut sholat, kalau pas waktunya sholat
kami naik ke atas. Kebetulan langgarnya tingkat. Meski begitu setiap
hari arek-arek itu ada yang saya suruh nyapu dan ngepel, namanya saja
numpang mas” “Wah, kalau Bonek seperti itu ya pasti masyarakat seneng
ngelihatnya cak !” “Saya juga heran sama Bonek sekarang yang masih bau
kencur itu, nggak tahu aturan. Saya beberapa waktu lalu sempat iseng ke
Gelora, kan rame tuh mas. Eh, dipintu gerbang saya didorong-dorong,saya
ludahi saja tuh anak. Bonek baru kemarin sore aja kemlete !!!” Menurut
Cak Gombloh, mengkoordinasi Bonek itu gampang-gampang susah. Oknum-oknum
tak bertanggungjawab seringkali menjadi provokator ditengah-tengah
supporter, sejak dulupun begitu. Makanya ada yang namanya “Sapu Ranjau”
yang salah satu fungsinya ya untuk mensweeping oknum-oknum itu. Mereka
ini biasanya preman yang berpakaian layaknya supporter, tapi kerjaannya
nyopet !” “Kalau sejarahnya musuhan sama Arema itu bagaimana cak?” “Wah
ini saya juga bingung, padahal ketika di senayan sebelum bonek datang
arek Malang sudah sampai duluan disana, dia teriak-teriak “Aku Arek
Malang dukung Persebaya !” waktu itu mungkin belum ada Arema, atau kalau
ada ya baru-baru berdiri. lha saiki iku lapo kok musuhan ambek Malang
(lha sekarang ngapain musuhan sama Malang), Justru dulu rival utama
Persebaya adalah Bandung, Bandung sama Semarang itu musuh polpolan mas
!”. “Apa sampean sudah nggak pernah ke stadion lagi sekarang?” “Males
mas, apalagi sekarang Persebaya pecah jadi dua, itu akibatnya jika
sepakbola di politisasi. Saya cinta sekali sama Persebaya, makanya kalau
Persebaya kalah kami nangis mas, ya opo rek wes direwangi koyok ngene
kok kalah (sudah berkorban seperti ini kok malah kalah), tapi kalau
kalah karena mainnya mlempem, nggak semangat. Kami tak segan mencaci
para pemain bahkan bendera berlogo Persebaya itu kami kencingi, pernah
waktu itu si Doel yang mengencingi, kalau sama si Doel ini (Cak Doel)
semua nggak ada yang berani melarang, polisi sekalipun. Tapi kalau sama
saya dia nurut, sekarang dia sudah jadi Haji”. Dari cerita Cak Gombloh
saya jadi tahu bahwa sebenarnya Bonek itu bondo meskipun nekat nekat,
bukan hanya bermodal nekat saja. Memang benar Bonek itu kisruh,tapi
bukan pencipta kerusuhan. Dengan koordinasi yang baik Cak Gombloh yakin
bahwa Bonek bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Tetep Bondho ,, tapi Yo Nekat !!!
BONEK IS DANGEROUS, BUT NOT CRIME !!
SALAM 1 NYALI WANI !! ANTI PROVOKATOR !!
No comments:
Post a Comment